AFPEkspresi kapten Inggris, Steven Gerrard, setelah timnya dikalahkan Italia melalui adu penalti, di perempat final Piala Eropa, di Kiev, Minggu (24/6/2012).
KOMPAS - Kekalahan dari Italia 2-4 lewat adu penalti membuat Inggris masygul, apalagi itu terjadi di tengah mekarnya kepercayaan publik menyusul pembuktian anak-anak asuhan Roy Hodgson. Namun, atas dasar itu pula publik di Inggris tidak memberi tekanan terlampau besar kepada pasukan ”The Three Lions”.
Dua media Inggris, The Sun dan The Guardian, bahkan tidak menulis kekalahan Inggris dengan skor 2-4 di kepala berita. The Sun dan The Guardian dalam laman internet mereka lebih memilih untuk menggunakan judul, Inggris 0- Italia 0 dan Inggris 0-0 Italia. Baru pada bagian subjudul mereka menjelaskan soal skor 2-4 lewat adu penalti yang menyesakkan itu.
Relatif ramahnya perlakuan media Inggris kepada tim nasional mereka karena adanya beragam masalah yang merundung sebelumnya. Pencopotan ban kapten John Terry dan pengunduran diri pelatih Fabio Capello adalah beberapa di antara yang menonjol.
Ketika Roy Hodgson ditunjuk menukangi Inggris Mei lalu, publik masih lebih memercayai Harry Redknapp. Popularitas mantan arsitek Tottenham Hotspur itu cenderung berada di atas Hodgson. Namun, kemampuan menangani tim nasional sepak bola tidak melulu terkait popularitas. Hodgson yang pragmatis membawa Inggris mengimbangi Perancis plus mengalahkan Swedia dan Ukraina.
Bersama Hodgson, Inggris mulai kembali kepada pola serangan dengan tetap mengandalkan ketatnya pertahanan. Dia memilih para pemain muda yang keras kepala berambisi menang.
Kelihaian ini terlihat ketika Hodgson memilih bek seperti Glen Johnson atau John Terry dan penyerang Danny Welbeck. Mereka pun membuktikan kepercayaan Hodgson.
Padahal, beragam masalah dalam tim sepeninggal Capello menempatkan Hodgson dalam posisi yang sangat membingungkan. Beruntung Hodgson menjawab keraguan itu.
Lolosnya Inggris hingga perempat final merupakan pencapaian berlebih di luar harapan. Namun, dominasi Italia atas rekor tujuh kali pertemuan mereka tetap belum terpecahkan.
Hingga kini Italia lima kali menang, sekali imbang, dan hanya satu kali takluk. Bekas Pelatih Inggris Graham Taylor mengatakan, buruknya rekor itu tak lepas dari keterbatasan formasi 4-4-2 yang diandalkan Hodgson.
Inggris perlu segera mengubah cara bertanding untuk memperbaiki penampilan selanjutnya. ”Ini tentang gaya bermain,” kata Taylor.
Dengan penguasaan bola yang jauh lebih rendah ketimbang Italia, yakni hanya 36 persen berbanding 64 persen, Inggris kekurangan pemain dengan teknik di atas rata-rata.
Total passing Italia 815 kali berbanding 320 passing tim Inggris menggambarkan kelemahan itu. Redknapp mengatakan, kondisi itu disebabkan Inggris minus pemain berkemampuan seperti Andrea Pirlo.
”Adanya Pirlo di tim lawan menjadi sulit bagi pemain kami menciptakan dampak bagi permainan,” kata Redknapp.
Mantan striker Inggris, Michael Owen, mendesak perubahan sistem pelatihan pemain muda sejak di tingkat paling dasar. Dia meragukan Inggris punya pemain sekaliber Pirlo.
”Jika kamu bukan tim terbaik, kamu harus menemukan metode alternatif agar meraih kemenangan. Pilihan lain ialah melupakan kekalahan untuk sementara dan mulai dengan gaya bermain yang berbeda,” ujar Owen lugas.
(AFP/REUTERS/INK)
0 komentar:
Posting Komentar