KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNADuta Liga Kompas Gramedia U-14, Bambang Pamungkas. Ia akan memberikan tips-tips sepak bola pada coaching clinic di Lapangan Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (28/4/2013).
KOMPAS.com - Kesejahteraan para pemain sepakbola profesional di Indonesia dinilai masih kalah jauh dibandingkan pemain sepakbola di negara-negara lain bahkan di kawasan Asia Tenggara.
Hal tersebut disampaikan mantan pemain Timnas Indonesia Bambang Pamungkas dalam diskusi sepakbola di Jakarta, Selasa (30/4/2013) malam. Ia membandingkan kondisi yang dialaminya saat bermain di Malaysia dan selama di Indonesia.
"Ketika menjadi pemain Selangor FC, saya mendapatkan tiket pulang pergi Jakarta-Malaysia, apartemen, mobil. Semua pemain lokal di Malaysia mendapatkan rumah, sementara sebagian lagi mendapatkan mobil," tutur Bepe, penggilan akrabnya.
Bepe pernah membela Selangor FC di Liga Malaysia dari 2005-2007. Menurut dia, saat menandatangani kontrak pun dia tetap harus lolos tes, salah satunya tes fisik. Jika calon pemain tidak lolos tes fisik, dia tidak bisa bermain di kompetisi Liga Malaysia.
"Di Indonesia tidak pernah ada ketentuan untuk lolos tes fisik. Kalau pemeriksaan kesehatan ada. Di Indonesia kadang-kadang pemain bayar operasi pemulihan pemain sendiri, proteksi klub terhadap pemain kurang," katanya. Bepe mengatakan, hal tersebut tidak hanya terjadi di level klub, tetapi juga di timnas.
Berbeda sekali perlakuan yang diberikan Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) kepada para pemain yang membela timnas. Salah satu bentuk perhatian adalah pemberian sejumlah uang kepada pemain setiap membela timnas.
"Setiap pemain bermain untuk Timnas Malaysia itu dihitung uang. Jadi 1 caps atau penampilan dihitung sekitar 500 ringgit. Kesejahteraan pemain sangat diperhatikan," ujarnya.(Glery Lazuardi)
0 komentar:
Posting Komentar