Blog Archive

Senin, 23 Juli 2012

Belajar Jualan Busana Muslim dari Saqina.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika Anda memasukkan kata kunci "baju muslim" atau "busana muslim" di mesin pencari Google, situs web Saqina.com akan berada di baris depan pencarian, tanpa beriklan di Google.

Dibangun pada 2008, Saqina.com kini menjadi pemain besar bisnis e-commerce khusus busana muslim di Indonesia.

Sang pendiri, Mohamad Rosihan, punya teknik dan strategi pemasaran tersendiri untuk mempopulerkan Saqina.com.

Rosihan mulai bereksperimen mendirikan toko online Saqina pada bulan Ramadan tahun 2008. Dari delapan toko fisik busana muslim yang dimiliki, ia menginvestasikan ruang, barang, sumber daya manusia, sistem, dan teknologi untuk berjualan online.

"Ternyata, responnya cukup bagus dan untungnya besar. Kontribusi keuntungan dari 8 toko fisik hanya 35%. Sementara satu platform e-commerce Saqina.com, kontribusi keuntungannya 65%. Itu yang kami alami," jelas Rosihan yang enggan memberi tahu omset tahunan Saqina.com.

Lelaki kelahiran Jombang, 23 April 1972 ini, memutuskan serius membangun bisnis online. Dengan modal 100 juta yang dipinjam dari bank, Rosihan putar otak mengatur teknik dan strategi agar trafik Saqina.com masuk dalam halaman pertama mesin pencari Google. Setelah itu, bersiap mengatur pasokan dan permintaan barang.

Beriklan

Pada awal 2009, Rosihan mulai mengiklankan Saqina.com di majalah, Facebook, portal berita online, dan mesin pencari Google. Diakui Rosihan, beriklan di media online sangat besar pengaruhnya untuk membangun trafik kunjungan ke situs web Saqina.com.

Ia membantah ketika disebut punya modal besar. "Modal yang saya pinjam dari bank Rp 100 juta. Rp 45 jutanya saya pakai untuk beriklan," katanya, ketika ditemui KompasTekno di sela acara ShopFair 2012, pertengahan Juli lalu.

Biaya beriklan memang tak bisa disebut murah. Karena itu, Rosihan memilih momentum dan media yang pas untuk mengiklankan Saqina.com.

Selama bulan Ramadan 2009, ia menaruh iklan berukuran kecil di sebuah portal berita online, juga di Google AdWords. Kata kunci yang diiklankan di Google adalah "baju muslim" dan "busana muslim". Ia juga rajin beriklan di Facebook. Kala itu Facebook menaruh harga 50 dollar AS per harinya.

Prediksi momentum dan media yang dipilih Rosihan, ternyata sangat tepat. "Trafik dan transaksi di Saqina.com meningkat pesat," ucapnya.

Ia selalu mengukur efektivitas setiap iklan yang dipasang, bagaimana efeknya terhadap trafik dan tentu saja, transaksi. Trafik memang penting dalam bisnis e-commerce, namun harus ada transaksi agar modal yang telah dikeluarkan bisa diputar. Hasil transaksi itu digunakan untuk operasional dan diputar lagi untuk beriklan. Untungnya, biaya operasional toko online tak sebesar toko fisik.

"Jadi, jangan berpikir kami punya banyak uang untuk beriklan. Saya selalu ukur efektivitas iklan terhadap trafik dan transaksi. Kita putar uang itu untuk beriklan lagi. Begitu seterusnya," tegas Rosihan.

Menurut Rosihan, beriklan di portal berita online lebih efektif ketimbang di Facebook.  Portal berita online mewakili pembaca dengan status pendidikan dan sosial ekonomi yang diincar. Sementara beriklan di Facebook, "Segmentasi cair sekali. Kita hanya bisa membatasi wilayah, jenis kelamin dan umur. Tapi kita tak bisa mengincar segmen pendidikan dan sosial ekonomi tertentu."

Beriklan di Facebook lebih dimanfaatkan untuk branding agar Saqina.com diketahui banyak orang. Meski demikian, diakui Rosihan, beriklan di Facebook menghasilkan trafik sebesar 7 ribu sampai 8 ribu kunjungan setiap harinya. Trafik inilah yang turut mengangkat posisi Saqina.com dalam hasil pencarian di Google.

Untuk meningkatkan posisi Saqina.com dalam mesin pencari Google, Rosihan tak bisa sepenuhnya bergantung pada iklan. Ia memutuskan untuk menjalani kursus optimisasi mesin pencari atau Search Engine Optimization (SEO).

Bulan Ramadan 2011, posisi Saqina.com masih berada di halaman 2 ketika dicari dengan kata kunci "busana muslim" atau "baju muslim". Setelah mendapat ilmunya, ia menjalankan sendiri strategi-strategi SEO. Butuh waktu 4 bulan untuk menempatkan Saqina.com di halaman pertama. Setelah 6 bulan memainkan SEO, tepatnya awal 2012, barulah Saqina.com berhasil jadi juara di Google untuk kata kunci "busana muslim" dan "baju muslim".

Sejak 2011, Rosihan berhenti beriklan di media online. Ia berfokus memainkan SEO untuk mempertahankan Saqina.com di baris depan pencarian Google. Untuk menunjukkan eksistensi Saqina, ia beriklan di sebuah majalah muslim setiap dua bulan sekali.

Membangun kepercayaan

Rosihan berpendapat, dalam bisnis e-commerce, harus ada hal sederhana yang bisa dipahami secara luas sebagai sesuatu yang bisa dipercaya. Setelah tergiur dengan harga murah yang ditawarkan, calon pembeli akan mengecek kredibilitas, dan mencari sesuatu yang bisa dipercaya.

Keberadaan jaringan toko fisik Saqina dimanfaatkan Rosihan untuk membangun kepercayaan. "Saat Saqina.com pertama kali dirilis, halaman di situs web yang paling banyak dikunjungi adalah Jaringan Toko," tutur Rosihan. Halaman ini memberi informasi tentang keberadaan toko fisik, foto toko dan koleksi, alamat, nomor telepon, dan peta digital.

Hingga kini, masih ada orang yang datang ke kantor pusat Saqina.com di Duren Tiga, Jakarta Selatan, hanya sekedar memastikan apakah di sana benar kantor Saqina.com. Kebanyakan mereka yang datang mengecek adalah saudara atau kerabat dari calon pembeli di daerah, yang hendak memesan barang dalam jumlah besar.

Pelayanan yang cepat dan customer service juga menjadi hal penting dalam bisnis e-commerce. Calon pembeli sering mengajukan pertanyaan tentang barang yang ingin dibeli. Saqina.com yang memiliki 20 karyawan, menempatkan 4 karyawannya sebagai customer service. Sisanya bertugas di bagian pengadaan barang, kontrol kualitas, foto produk, pengodean, pmberian harga dan label, update situs web, inventoring, dan administrasi.

Untuk urusan pengiriman barang, Saqina.com tak memiliki kurir sendiri. Mereka mempercayakannya pada jasa pengiriman barang nasional.

Melepas paradigma TI, fokus pada bisnis


Menurut Rosihan, kebanyakan pelaku bisnis e-commerce adalah mereka yang memiliki latar belakang teknologi informasi. Nah, terkadang mereka masih terpaku pada paradigma TI, yang terobsesi membuat situs webnya jadi sekeren mungkin, lengkap dengan sistem pembayaran yang canggih.

Padahal, kata Rosihan, pelaku seharusnya fokus pada bisnis, mulai dari strategi pemasaran serta mengatur pasokan dan permintaan. "Saya menerapkan sistem tradisional untuk situs web. Sederhana dan simpel," kata Rosihan yang juga memiliki latar belakang TI.

Sampai 2010, Saqina.com masih menggunakan domain open source yang bayarannya hanya Rp 20.000 per bulan. Barulah pada 2011, Saqina.com sudah menggunakan server sendiri. Tahun depan, ia baru mau menerapkan metode pembayaran dengan kartu kredi.

Selama ini Rosihan realistis melihat fakta bahwa orang Indonesia belum sepenuhnya percaya pada metode pembayaran dengan kartu kredit. Sejak 2008, kebanyakan pembeli di Saqina.com melakukan pembayaran dengan transfer dari ATM dan internet banking. "Cara melacak transaksinya sangat mudah, kita kasih harga yang nominal akhirnya ganjil. Pembeli harus bayar dengan nominal yang akhirannya ganjil itu, kita suruh agar jangan digenapi," terang Rosihan.

Ia memandang bahwa bisnis di internet punya pasar yang tidak terbatas. Permintaannya juga tak bisa dikendalikan. Pembeli datang dari mana saja, dengan selera yang beragam. Karena itulah, harus pandai-pandai menjaga pasokan barang. Rosihan mengaku, Saqina.com tak hanya berlaku sebagai produsen dan pemasok busana muslim, namun juga masih mencari produk dari pusat-pusat grosir dan menjalin kerjasama dengan perusahaan konveksi lainnya.

"Kalau tak seperti ini, persediaan barang kita akan goyang. Sementara pemintaan sangat tinggi," ujar ayah 4 anak ini.

Toko online vs toko fisik

Rosihan memutuskan menutup empat toko fisik yang dinilai kurang potensial. Modal membangun toko fisik sekarang jauh lebih mahal, ia harus mengeluarkan uang antara Rp 40 juta sampai Rp 50 juta untuk mengontrak ruko di kabupaten atau kota. Sementara dari sisi pemasukan, toko online Saqina.com jauh lebih menguntungkan.

"Seharusnya, keduanya tak boleh dibandingkan dari sisi kontribusi keuntungan, karena beda karakter. Tapi saya harus efisensi modal," tegas Rosihan seraya mengatakan, toko fisik tetap dibutuhkan untuk membangun kepercayaan.

Rosihan berkisah, ketika masih memiliki delapan toko fisik, ia harus pandai-pandai membaca selera pasar di kota-kota tertentu. Di Jakarta, persediaan busana muslim Saqina didominasi oleh warna gelap dan adem. Sedangkan di Karawang dan Purwakarta, didominasi warna-warna terang. Inilah kecenderungan selera pasar, bahwa masyarakat di Karawang dan Purwakarta gemar memakai busana warna terang.

Kehadiran toko online Saqina.com, dinilai Rosihan punya peluang pasar yang tidak terbatas. "Kalau jualan online, saya bisa stok pakaian warna apa saja. Pasti ada saja yang beli," tandas Rosihan sembari tertawa.

Ia mensinyalir bahwa pelaku bisnis konveksi di daerah, mulai memanfaatkan internet untuk berjualan. Di masa mendatang, Rosihan memprediksi para pelaku konveksi di daerah secara intens mengirimkan produknya langsung ke pedagang atau pembeli, tak lagi melewati pusat grosir dan perdagangan. "Inilah the real internet potential. Internet memberi peluang pasar yang unlimited," tutup Rosihan.

0 komentar:

Posting Komentar