Blog Archive

Kamis, 21 Juni 2012

Hasyim Muzadi: Indonesia Belum Gagal Tapi di Ujung Kegagalan

Hasyim Muzadi (Foto: Dok.Okezone)
Hasyim Muzadi (Foto: Dok.Okezone)

JAKARTA – Sekjen International Conference for Islamic Scholars (ICIS) KH. Hasyim Muzadi, menyatakan, tidak sepenuhnya Indonesia negara gagal. Namun, harus diakui bahwa ini memliki persoalaan fundamental yang menuju negara gagal.

“Kalau hari ini Indonesia disebut negara gagal tentu tidak. Hari ini regulasi masih jalan. Namun, Indonesia punya masalah fundamental yang by proses bisa menuju negara gagal . Pertama sistem ketatanegaraan yang tidak integrated/incorporated ', kedua, masalah leadership,” ungkap Hasyim kepada Okezone, Jumat (22/6/2012).

Bahkan, kata mantan Ketua PBNU itu, UUD 1945 yang diamandemen pascareformasi tidak sepenuhnya sesuai dengan norma/jiwa Pancasila untuk tidak mengatakan bertentangan.

“Dari UU ke political will executif banyak yang bertentangan. Hubungan trias politica saling mengunci atau menjadi alat bargaining. Otonomi daerah mengarah ke federasi bahkan konfederasi yang berujung disintegrasi dan sparatisme . Kabinet presidensil berasa parlementer karena sistem multipartai. Dan partai-partai pun tidak ada standart ideologi, kompetensi dan jaminan pengabdian negara sehingga yang seharusnya partai berjuang untuk negara menjadi mengkapling-kapling kekuasaan negara untuk partai,” jelasnya.

Bahkan kata dia, kepala negara sibuk mengurusi partai dan banyak kesulitan mengkoordinasi kepala daerah yang berbeda partai.

“Karena pengkaplingan ini, politik melahirkan transaksional sehingga tidak ada kebenaran dan pengabdian disitu . Yang ada adalah selling interest . Hal ini mengakibatkan partisipasi rakyat menjadi transaksional bahkan tuntutan . Partisipasi murni rakyat sudah pudar. Kearah mana negara yang kehilangan partisipasi rakyatnya kalau bukan gagal !,” kata dia.

Disamping itu, kata dia, bumi Indonesia sudah diberikan asing. Sehingga rakyat menjadi asing dinegeri sendiri dan rakyat kebagian kerja bidang jasa dan pengangguran. Ini akan jadi ledakan dalam waktu tidak lama lagi.

“Sedangkan yang saya maksud leadership, termasuk di legislatif dan yudikatif . Trust terus menurun terhadap eksecutif, legislatif dan yudikatif . Apalagi kepala negara tampak menjaga jarak dengan masalah bukan mengatasi masalah. Sehingga sempurnalah kerusakan,” pungkasnya. (hol)

(ahm)

0 komentar:

Posting Komentar